SELAKSA
HIKMAH DI PAGI ITU: “Masa Depan itu Kapan ya?”
Di suatu
pagi menjelang siang, aku keluar dari kamar asramaku dan menuju ke tempat parkir
untuk memanasi sepeda motor. Sembari menunggu, aku layangkan pandanganku ke
taman. Aku lihat di sana ada bapak tukang kebun sedang melamun dengan tatapan
mata yang kosong sambil memukul-mukulkan sabitnya ke rumput hijau di depannya. Sepontan,
hatiku pun terusik, ada keinginan untuk mencari tahu apa yang membuat bapak itu
melamun seolah-olah dunia ini sudah tidak punya harapan lagi untuk hidupannya. “Ada
apa gerangan dengan bapak, sepertinya bapak sangat sedih? Ada masalah apa pak?”
tanyaku dengan polos penuh perhatian. “Ade masih terlalu muda, belum tahu
masalah orang tua seperti saya”
jawab bapak tadi dengan lesu. “Bolehkah saya tahu pak?” jawabku sedikit memaksa.
“Baiklah nak, sekarang saya baru menyesali masa lalu saya, mengapa saya dulu
tidak berusaha keras dan bersungguh-sungguh untuk hidup saya saat ini”
tegas bapak tadi. Terbetik rasa untuk bercakap lebih lanjut, tapi, selain
merasa tidak enak untuk menyampaikan sedikit masukan, aku pun punya keperluan
sendiri untuk pergi ke salon untuk potong rambut. “Ya, mudah-mudahan semuanya
menjadi pelajaran pak” kataku sambil pamit.
Greng…greng…,
aku mulai tancap gas. Tak terasa, sekitar sepuluh menit,